Dalil Memahami Terciptanya Manusia Dari 4 Unsur

ANASIR TUBUH (JASMANI) MANUSIA
Yg Melambangkan Nafsu Manusia
UNSUR API, ANGIN, AIR, TANAH

Diri kita terdiri dari sesuatu yg kelihatan yaitu jasad dan Ruhani yaitu sesuatu yg tidak kelihatan
A. JASAD

Jasad manusia memiliki (mengandung) 4 anasir atau unsur yaitu :

1. Api
2. Udara
3. Air
4. Tanah

1. Unsur Api

QS. Al Baqarah (2):24.
Maka jika kamu tidak dapat membuat (nya)–dan pasti kamu tidak akan dapat membuat (nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.(QS. 2:24)
Surah Al Baqarah 24

فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا وَلَنْ تَفْعَلُوا فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ (24)
Ayat ini menegaskan bahwa semua makhluk Allah tidak akan sanggup membuat tandingan terhadap satu ayat pun dari ayat-ayat Alquran. Karena itu, hendaklah manusia memelihara dirinya dari api neraka dengan mengikuti petunjuk-petunjuk Alquran. Hal ini ditegaskan dalam firman Allah subhnahuwata’ala :
قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَذَا الْقُرْءَانِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا
Artinya

Katakanlah, “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Alquran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebahagian yang lain.” (Q.S Al Isra’: 88)
Dari ayat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa jasad manusia mengandung unsur api, karena isi neraka adalah serba panas (serba api) yg bahan bakarnya dari batu dan orang kafir.
Selain itu setiap makanan yang kita makan jika prosesnya dimasak dulu tentu pasti menggunakan api.
Contohnya memasak sayuran, nasi dll tentu menggunakan api. Dengan demikian makanan yang kita makan tsb mengandung anasir api.

Anasir/unsur api tidak dapat berdiri sendiri, dia untuk bisa hidup perlu anasir lain yaitu anasir angin/udara (oksigen).

2. Unsur udara/angin

QS.Shaad (38):71-72
(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah.”. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya ruh (ciptaan)Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya.”
Sebagian ayat diatas terdapat kalimat “………….dan Kutiupkan kepadanya ruh (ciptaan)Ku…………..”
Dari ayat diatas terdapat sebuah kata yg perlu digaris bawahi, yaitu kata “tiup” . Tiup biasanya ada hubungannya dengan angin. (Wa Allahu ‘alam bissawab, hanya Allah Subhanahuwata’ala saja yang Maha Tahu tafsir ayat diatas).
Selain itu sesuatu yang hidup (manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan) tentu membutuhkan udara (mungkin Oksigen atau CO2).
Kita juga membutuhkan udara (oksigen) untuk bernafas. Ini berarti tubuh kita juga mengandung anasir angin/udara.

3. Unsur Air

QS.Al Furqaan (25):54.
Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air lalu dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa.
Yang dimaksud air tersebut adalah air mani .yang mana air mani itu salah satunya mengandung unsur air.

Selain itu badan kita juga mengandung 60% air, darah mengandung 90% air, makanan kita juga mengandung air.
Itu semua artinya bahwa jasad kita mengandung anasir air atau unsur air.

4. Unsur Tanah.

QS.Shaad (38):71-72
(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah.”. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya ruh (ciptaan)Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya.”
Yang dimaksud manusia pada ayat diatas adalah Nabi Adam AS. Selanjutnya unsur tanah tersebut di turunkan ke anak cucu Nabi Adam as.
Selain itu makanan yang kita makan sebetulnya adalah berasal dari tanah (saripati tanah)
Dengan demikian berarti bahwa badan/jasad kita mengandung tanah.
Saya akan berikan suatu contoh tentang sepeda motor. Sepeda motor untuk bisa dinyalakan harus ada prasarat 4 anasir:
Anasir air = bensin
Anasir api = busi + kelistrikannya
Anasir udara/angin = karburator sbg pensuplay udara
Anasir tanah = Body motor.
Pohon/tumbuh-tumbuhan untuk bisa hidup juga harus ada prasarat 4 anasir:
Anasir air
Anasir api = sinar/panas matahari
Anasir udara/angin = O2 dan CO2
Anasir tanah.

JASMANI DAN RUHANI
SIFAT PADA MANUSIA

Dipandang secara fisik, bentuk dari makhluk yang diberi nama manusia terlihat sudah sempurna, namun demikian tidak, bila dilihat dari segi Bathiniahnya. Proses selanjutnya manusia dihadapkan dengan tahapan proses evolusi sifat yang keberadaannya bertempat tinggal didalam bathiniah (jiwa) atau suatu piranti lunak, lokasi medan peperangan yang sangat dahsyat, sempurna atau tidaknya manusia tergantung kepada kemenangannya didalam peperangan tersebut.
Sebagai contoh (suri tauladan) atas manusia adalah nabi atau rasul, ia adalah orang yang sukses di dalam peperangan, yang mencapai tingkat kesempurnaannya sebagai manusia.
Firman Allah Ta’ala: Surat 33 (AL-AHZAB) ayat 21

“Sesungguhnya telah ada pada Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu bagi orang-orang yang mengharap Allah dan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
Untuk menghilangkan keragu-raguan dan ketidak pastian, ayat inilah yang seharusnya dijadikan parameter dan barometer untuk menjalani hidup seorang manusia. Bagaimana kita akan mengetahui kebenaran dan kesalahan manakala tidak ada pedoman didalam mengerjakan sesuatu, tanpa arah yang pasti, seperti halnya memasuki hutan belantara tanpa membawa kompas, untuk selanjutnya kita akan kaji jati diri manusia.

Dan siapa manusia itu?
MANUSIA

Nabi Muhammad Shallalllahualaihi wassalam bersabda :
“Barang siapa mengenal dirinya, maka pasti ia mengenal Tuhannya, barang siapa mengenal Tuhannya maka bodohlah akan dirinya.”
Manusia terdiri atas tiga (3) unsur

1. Jasmaniah (badan kasar)
2. Bathiniah (badan halus)
3. Ruhaniah (cahaya)

1. JASMANIAH
Piranti atas manusia yaitu jasmaniah/badan kasar piranti keras, untuk mengenal lebih jauh akan piranti ini mari kita kaji salah satu dari ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang apa itu jasmaniah (fisik manusia).

Firman Allah Ta’ala : Surat 32 (AS-SAJDAH) Ayat 7 dan 8

Ayat 7, “Yang membaguskan pembuatan tiap-tiap sesuatu dan ia telah mulai pembuatan manusia itu dari tanah.”

Ayat 8, “Kemudian ia jadikan keturunan manusia itu dari mani, dari air yang lemah.”
Diawali dengan kalimat “yang membaguskan (menyempurnakan) maknanya adalah segala sesuatu yang ada pada alam semesta ini melalui suatu proses, tidak serta merta dia ada proses ini dinamakan evolusi, seperti halnya baju (pakaian). Tidak tiba-tiba ia ada dibadan kita, untuk menjadi pakaian melalui proses yang cukup panjang demikian pula dengan jasad manusia melalui proses evolusi yang sangat panjang, artinya bahwa keberadaan alam ini dengan segala bentuknya ini adalah suatu dimensi pencapai bentuk dimana terjadinya tata surya, galaksi, planet-planet mengalami suatu proses evolusi bentuk dan model sebelum dihuni oleh makhluk-makhluk berikutnya seperti manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan. Evolusi alam semesta inilah yang melahirkan bentuk makhluk berikutnya tersebut yang saat berada diatas muka bumi. Kalimat selanjutnya mengatakan “Ia telah mulai pembuatan manusia dari tanah”, kata “tanah” sendiri secara matrialpun melalui proses dan yang dimaksud tanah disini adalah unsur-unsur yang terdapat pada tanah tersebut. Seperti halnya unsur tanah yang terdapat pada hewan dan tumbuh-tumbuhan.

Ada hubungan yang erat antara kalimat pertama dan kalimat kedua suatu mata rantai yang jelas dan pasti bahwa segala sesuatu akan melalui suatu proses penyempurnaan pada dimensi bentuk dan kualitasnya bahwa untuk mencapai bentuk manusia dalam dimensi fisiknya melalui proses yang sangat lama dan panjang. Dari suatu bentuk dan kualitas yang sangat sederhana menuju bentuk yang lebih sempurna yang akhirnya sampai pada bentuk fisik manusia yang sekarang ini.
Firman Allah Ta’ala : Surat 23 (AL-MU’MINUN) Ayat 12

“Dan sesungguhnya kami telah jadikan manusia dari air tersaring dari tanah.”
Unsur-unsur yang ada pada tubuh manusia (perangkat keras) terdiri atas 4 anasir yaitu :

1. Anasir Api
2. Anasir Angin
3. Anasir Air
4. Anasir Tanah

Firman Allah Ta’ala : Surat 77 (AL-MURSALAT) Ayat 25

“Bukankah Kami telah jadikan bumi itu pengandung kamu?”
Bahwa unsur yang terkecil yang ada pada bumi yaitu molekul, dari unsur molekul tersebut bermutasi menjadi inti sel inilah proses awal memasuki peradaban makhluk yang mendiami muka bumi. Inti sel bermutasi membentuk virus positif dan virus negative proses evolusi didalam mutasi dan adaptasi virus melahirkan makhluk bersel tunggal, sementara itu pada sisi yang lain bersamaan dengan proses hewan terkecil, molekul lainnya bermutasi memasuki dimensi tumbuh-tumbuhan yang diawali tumbuhan berupa lumut dan terus berevolusi sampai menjadi hutan belantara yang ada sekarang ini.
Dari makhluk bersel tunggal bermutasi menjadi bermacam jenis binatang yang keberadaan di lautan, beberapa binatang ini bermutasi menjadi ikan dan tahapan lanjut nya dari beberapa jenis ikan bermutasi masih berbentuk ikan tetapi ia dapat hidup di air dan darat, evolusi harus berjalan seiring dengan berputarnya waktu jadi ia binatang penghuni daratan.

Setelah jutaan tahun muncullah binatang-binatang purba yang diantara jenisnya adalah dinosaurus. Pada zaman inilah terjadi bencana alam yang demikian dahsyat hingga sebagian besar binatang-binatang purba hampir-hampir menemui kepunahan namum demikian masih ada dari beberapa jenis yang mampu bertahan hidup, dari jenis binatang ini, beberapa berevolusi menuju kepada bentuk-bentuk yang mendekati bentuk manusia, ia dikenal dengan nama Kera atau Monyet atau Orang Hutan dan nama orang hutan inilah perlu digaris bawahi, kemudian dari jenis orang hutan beradaptasi dalam mutasi kepada bentuk manusia secara fisik akan tetapi masih sangat primitive, dimana akal dan fikirannya masih sangat terbatas. Evolusi bentuk, akal, fikir terus berlangsung beradaptasi dengan kondisi alam sekitarnya hingga sekarang ini.

Dalam kajian ini mutasi yang dimaksud yaitu perubahan pada inti sel atau istilah saat ini dikenal nama “GEN” (Genetik), perubahan yang terjadi pada evolusi alam (Bumi) mempengaruhi penyesuaian pada inti sel dan perubahan pada inti sel ini terlihat seperti tidak beraturan sesungguhnya tidak demikian, ia beradaptasi mengikuti bentuk perubahan kondisi iklim yang terjadi, keakuratannya sangatlah seimbang, melahirkan baik bentuk, jenis maupun kualitas yang berbeda.
Sejak keberadaan binatang dilaut, setelah makhluk bersel tunggal perkembang biakan makhluk dari mani (nuth-fah).

Firman Allah Ta’ala : Surat 32 (AS-SAJDAH) Ayat 8

“Kemudian Ia jadikan keturunan manusia itu dari mani, dari air yang lemah.”
Bukan hanya manusia, seluruh binatang maupun yang berada didarat dan diair proses perkembang biakannyapun dari mani, ini adalah suatu system program Tuhan didalam evolusi makhluk.
Kalimat “dari air yang lemah” bahwa fisik manusia (badan kasar dan badan halus) terkandung anasir dari sifat kehewanan (binatang) evolusi makhluk masih bersifat fisikal demikian makna dari kata “lemah.”

Firman Allah Ta’ala : Surat 23 (AL-MU’MINUN) Ayat 14

“Kemudian, Kami jadikan mani (sperma) itu sekepal darah lantas darah itu Kami jadikan segumpal daging, lantas daging itu Kami jadikan tulang-tulang, lalu tulang-tulang itu Kami liputi (bungkus) dengan daging, kemudian Kami jadikan dia satu kejadian yang lain (sifatnya). Maka maha suci Allah, sebaik-baik pembikin.”

Proses terjadinya manusia sejak dari mani sampai dengan janin sama persis dengan binatang, adapun letak perbedaannya pada kalimat “Kami jadikan dia satu kejadian yang lain (sifatnya)”. Makna yang terkandung pada kalimat ini ialah setelah mani berproses menjadi janin pada usia empat bulan sepuluh hari atau seratus tiga puluh hari diberikanlah Ruh Allah pada janin tersebut berbeda halnya dengan binatang, tidak ada Ruh Tuhan pada seluruh binatang yang ada dimuka bumi. Setelah usia janin sembilan bulan sepuluh hari secara umum lahir bayi manusia dengan bentuk fisik yang sempurna namun demikian, kondisi sifat masih terkandung sifat-sifat kehewanan.

Firman Allah Ta’ala : Surat 80 (‘ABASA) Ayat 18 dan 19

Ayat 18, “Dari apakah Ia jadikan dia (manusia).”
Ayat 19, “Dari Nuth-fah Ia jadikan dia, lalu Ia atur sifat-sifatnya.”
Didalam badan halus (bathin) manusia masih terkandung anasir-anasir dari unsur api, angin, air dan tanah.
Keempat unsur tersebut terkandung sifat-sifat kebinatangan sementara Ruh mengandung sifat Ketuhanan. Sifat binatang inilah yang dikendalikan oleh iblis atau disebut hawa nafsu, anasir inilah sebagai penghalang atas Ruh untuk melahirkan sifat Ilahi terhadap jasmaniah manusia.
Evolusi selanjutnya adalah bagaimana usaha manusia untuk mencapai tingkat kesempurnaannya sebagai makhluk Ruhaniah bagian dari Ruh Allah sebagaimana para nabi dan rasul sebagai suri tauladan atas seluruh manusia diatas bumi ini.

Firman Allah Ta’ala : Surat 76 (AL-INSAN) Ayat 2

“Sesungguhnya Kami telah jadikan manusia dari pada setitik mani yang bergiliran, yang Kami beri percobaan kepadanya yaitu Kami jadikan dia mendengar dan melihat.”

Firman Allah Ta’ala : Surat 77 (AL-MURSALAT) Ayat 20 s/d 23

Ayat 20, “Bukankah Kami telah jadikan kamu dari pada air yang hina).”
Ayat 21, “Yaitu Kami taruh dia ditempat ketetapan yang teguh.”
Ayat 22, “Hingga satu masa yang tertentu.”
Ayat 23, “Lantas Kami tentukan bentuknya, karena Kamilah sebaik-baik pembentuk.”
Dan Dari beberapa ayat yang tertulis didalam Al-Qur’an yang menceritakan tentang kejadian manusia, seluruhnya mengisyaratkan akan suatu proses evolusi dan seperti halnya ayat-ayat diatas mempertegas akan proses tersebut. Kondisi ini tertuang pada kalimat yang berbunyi pada ayat 22 pada ayat 20 “air yang hina” mengandung arti bahwa fisik manusia terkandung anasir sifat-sifat hewan.

Proses evolusi terhadap manusia akan terus berlangsung hingga kehancuran alam semesta (kiamat), kehancuran yang terjadi disebabkan oleh tangan-tangan manusia dari sifat-sifat kehewanan (hawa nafsu), orang-orang ini yang tidak menyadari karena tidak memahami akan tujuan hidup atas dirinya, mereka tidak berevolusi menuju kepada tata nilai kesempurnaannya dan komunitas ini menempati kelompok mayoritas atas peradaban manusia. Kondisi ini terjadi adalah hal yang wajar karena untuk menuju kesempurnaan melalui tingkat kesulitan yang tinggi apa lagi pada zaman modern seperti sekarang ini, tinggal menunggu waktu saja, untuk menyaksikan hancurnya peradaban atas komunitas manusia.

Firman Allah Ta’ala : Surat 30 (AR-RUM) Ayat 41

“Telah lahir kerusakan dibumi dan dilaut dengan sebab usaha tangan-tangan manusia, yang akhirnya Allah rasakan kepada mereka ganjaran dari sebagian yang mereka kerjakan, agar mereka kembali.”
Tahapan selanjutnya setelah bentuk manusia dari segi fisiknya mencapai kesempurnaanya pada usia kandungan seratus tiga puluh hari, disinilah tata nilai manusia sebenarnya pembeda atas spesies binatang.

Firman Allah Ta’ala : Surat 32 (AS-SAJDAH) Ayat 9

“Lalu Ia sempurnakan kejadiannya, Ia tiupkan sebagian dari RuhNya dan Ia jadikan bagi kamu pendengaran dan penglihatan dan hati tetapi sedikit sekali kamu bersyukur.”
Bentuk dari makhluk-makhluk yang Allah ciptakan yang tersebar diseluruh alam semesta ini, manusialah yang paling ideal, bentuk dari kesempurnaan makhluk ini terlukis pada kalimat “disempurnakan kejadiannya” artinya bahwa evolusi atas makhluk telah sampai pada tahapan akhir, dan pada usia bentuk makhluk yang dimaksud dengan manusia dialam kandungan seratus tiga puluh hari, maka ditiupkan Ruh Allah kedalam tubuh (jasmaniah) manusia, kondisi ini mengisyaratkan gambaran kesempurnaan atas diri manusia bahwa kesimpulan atas definisi ayat (9) yaitu ia adalah makhluk Ruhaniah yang dilengkapi dengan badan kasar dan badan halus sebagai piranti atas kehidupannya kelak pada alam dunia (dimensi matrial). Lahirnya manusia pada alam dunia adalah awal dari proses evolusi berikutnya yaitu evolusi sifat dan dapat diistilahkan evolusi bathin.

Firman Allah Ta’ala : Surat 4 (AN-NISA) Ayat 28

“Allah hendak meringankan keberatan dari manusia, karena manusia itu dijadikan bersifat lemah.”
Artinya bahwa kesempurnaan manusia baru dalam kondisi fisik (badan kasar) saja tetapi kondisi bathin (badan halus) masih bersifat lemah, itu sebabnya mengapa kitab Al-Qur’an diturunkan diatas bumi ini, itu semata-mata sebagai petunjuk dan pedoman dalam rangka meringankan keberatan (kesulitan) atas manusia mencapai kesempurnaan lahir maupun bathin, sedangkan Al-Qur’an adalah sumber dari segala sumber atas semua keadaan dan atas seluruh program dan system yang ada pada seluruh alam semesta ini.

EVOLUSI SIFAT

Setelah makhluk berevolusi semenjak keberadaannya dimuka bumi suatu proses evolusi yang panjang, memakan waktu jutaan tahun dalam bentuk fisik menjadikan bentuk fisik manusia yang terdiri atas tiga yaitu jasmaniah, bathiniah dan Ruhaniah.
Jasmaniah terdiri atas antara lain : Jantung, hati, otak, paru-paru, darah, tulang daging dst.
Bathiniah terdiri atas antara lain : Akal, daya pikir, perasaan, hawa nafsu, panca indera dst.
Dalam perjalanan hidupnya manusia melalui tujuh fase yaitu :
Bayi, balita, anak-anak, remaja, pemuda, setengah tua, tua. Seluruh perangkat ini berkembang menurut ukurannya masing-masing dan setiap individu manusia berbeda-beda.
Ruhaniah terdiri atas (3) unsur :

1. Nur Allah (Alif)
2. Nur Rasul (Lam)
3. Nur Insan (Mim)
Proses evolusi bathiniah ini adalah evolusi akhlak (moral) yang mencerminkan akan perilaku manusia dalam menempuh perjalanan hidup, lulus atau tidaknya jalan yang ditempuhnya bahwa, jasmani kasar (fisik) mengandung unsur-unsur yang terdapat pada alam ini yaitu :

1. Unsur Api
2. Unsur Angin
3. Unsur Air
4. Unsur Tanah

Masing-masing unsur tersebut memiliki sifat sendiri-sendiri, unsur sifat ini kita istilahkan Anasir, kondisi jasmani diatas terdiri atas anasir keempat yang terdapat pada jasmani kasar, ia disebut hawa nafsu.

Sabda Rasullulah Shallallahualaihi wassalam:

“Sesungguhnya hawa nafsu menutupi hatiku sehingga aku memohon ampun kepada Allah dalam sehari semalam tujuh puluh kali.”
(HR. Muslim dari hadist Al-Aghrar AlMuzani)

Musuh utama manusia adalah hawa nafsu yaitu empat anasir yang dikendalikan syetan, ia penghalang atas proses evolusi manusia menuju kepada sifat Ilahi yang terkandung atas Ruhaniah. Pada zaman Nabi Muhammad shallalllahualaihi wassalam , perang terbesar dikisahkan adalah Badar, sesudah perang Badar masih ada perang yang lebih besar yaitu perang melawan hawa nafsu. Kondisi ini terjadi pada setiap individu manusia, untuk itulah kita wajib mengerti dan memahami apa yang dimaksud dengan hawa nafsu.

Pada diri manusia terdapat dua sifat yaitu :

1. Sifat Hewan (binatang)
2. Sifat Tuhan (Allah)

Untuk memenangkan perang terbesar atas manusia dimana musuh terbesarnya adalah unsur kehalusan (hawa nafsu) maka untuk mengerti dan memahami akan karakteristik dari unsur-unsur tersebut menjadi prioritas utama dalam kata lain hal yang sangat wajib.

1. UNSUR API (AMARAH)

Firman Allah Ta’ala : Surat 12 (YUSUF) Ayat 53
“…………..karena sesungguhnya nafsu amarah itu menyuruh kepada kejahatan.”

Seperti halnya sifat atas api nafsu amarah pemicu atas besar dan kuatnya keinginan pada jasmani kasar (fisik) dan jasmani halus (bathin) atas segala kebutuhannya ia menguasai jiwa untuk memenuhi hasrat keinginan kepuasan yang bersifat sementara, ia merangsang untuk berbuat aniaya, maksiat dll dengan menghalalkan segala cara sifat api (amarah) ini akan melahirkan kebodohan atas diri manusia, ia merupakan dimensi kelicikan, sumber perilaku yang tercela, potensi otak hanya digunakan selalu berfikir jahat, yang ditimbulkan kerap kali merugikan orang lain.
Cerminan yang tampak atas perilaku manusia dapat terlihat antara lain : mudah marah, mudah tersinggung, keras kepala, pendendam, suka mencela, suka sekali dihormati, pembenci, ujub, ria, takabur, sombong (tinggi hati), merasa selalu benar, ingin menang sendiri, dll.
Kondisi ini terjadi manakala kualitas spiritual yang lemah namun demikian intelegensial quality tidak berarti lemah. Pada dekade sekarang ini banyak kita jumpai sifat amarah ini menguasai manusia, ia terdapat pada tingkat sosial lemah menengah terutama pada kalangan atas. Nafsu amarah lebih condong kepada kekuasaan (tahta) dan untuk mendapatkannya apapun akan dilakukan demikian karakteristik atas unsur api pada diri manusia

2. UNSUR ANGIN (LAUWAMAH)

Firman Allah Ta’ala : Surat 75 (AL-QIYAMAH) Ayat 2 s/d 5

Ayat 2, “Dan tidak! Aku bersumpah dengan nafsu lauwamah.”
Ayat 3, “Apakah manusia mengira bahwa Kami tidak akan bisa mengumpulkan kembali tulang- tulangnya.”
Ayat 4, “Bahkan Kami kuasa atas meratakan (menyusun) kembali jari-jarinya.”
Ayat 5, “Tetapi kecenderungannya manusia itu berbuat kedurhakaan terus menerus.”
Ayat kedua dari surat Al-Qiyamah diawali dengan kata “tidak” ini menandakan bahwa kalimat-kalimat selanjutnya adalah sesuatu hal yang pasti terjadi dan sama sekali tidak ada keraguan atas kejadiannya.

Kalimat selanjutnya setelah kata “tidak” adalah “Aku bersumpah dengan nafsu lauwamah”
Nafsu Lauwamah (Angin) artinya karakteristik seperti halnya perilaku angin dimana kondisi manusia yang tidak mempunyai ketetapan hati, setiap detik selalu berubah terkadang kebarat kemudian timur, utara, selatan terkadang berputar dengan kencang, terkadang lemah, terkadang keras kondisi ini karena pengaruh pertemuan suhu panas dan suhu dingin demikian pula kondisi yang terjadi pada diri manusia, dimana fikirannya selalu berputar baik siang maupun malam, tidak pernah ada ketenangan, pergi kesana dan kemari, hatinya tidak pernah tentram ini semua disebabkan karena cintanya kepada dunia, syaitanlah yang menjadi penguasa atas manusia yang seperti ini.
Kata “bersumpah” memaknakan akan kondisi manusia bahwa kebanyakan (mayoritas) manusia berada pada kondisi lauwamah artinya ia dikuasai oleh karakter angin.
Kecenderungan terhadap harta benda demikian besar maka akan mengakibatkan kecenderungan terhadap Tuhan demikian lemah (kecil) artinya nilai-nilai KeTuhanan terabaikan, tidak pernah merasa cukup dan puas dengan apa yang sudah didapat, selalu saja kurang, hidup baginya mengabdi pada dunia.

Ayat tiga (3) mengandung maksud dan makna yaitu, tegaknya manusia disebabkan tulang belulang sebagai penopang atas badan lahir demikian manusia bisa berjalan, berlari, beraktifitas kita bisa bayangkan manakala jasad manusia tanpa dilengkapi dengan tulang belulang dan dari mana tulang berasal.

Firman Allah Ta’ala : Surat 23 (AL-MU’MINUN) Ayat 14

“Kemudian, Kami jadikan mani (sperma) itu sekepal darah lantas darah itu Kami jadikan segumpal daging, lantas daging itu Kami jadikan tulang-tulang, lalu tulang-tulang itu Kami liputi (bungkus) dengan daging, kemudian Kami jadikan dia satu kejadian yang lain (sifatnya). Maka maha suci Allah, sebaik-baik pembikin.”

Bahwa tulang mengandung seluruh unsur alam, ia mewakili atas seluruh unsur yang terdapat pada badan lahir (jasad). Tulang atas manusia seperti halnya tiang terhadap rumah tidak akan rumah itu berdiri kokoh tanpa adanya tiang. Kata “mengumpulkan” terkait dengan manusia yang mencintai dunia dengan kecintaannya itu maka pekerjaannya mengumpulkan akan harta dunia. Orang-orang ini kepercayaannya terhadap akhirat sangat lemah mengakibatkan ia tidak yakin dengan kalimat yang tertulis pada surat Al-Mu’minun ayat tiga (3). Ayat empat (4) kias atau simbul jari-jari adalah ia sebagai alat pelaksana atas apa yang diingininya seperti halnya mengumpulkan harta dan mencarinya.

Firman Allah Ta’ala : Surat 104 (AL-HUMAZAH) Ayat 2 & 3

“Yang mengumpul-ngumpulkan harta dan menghitung-hitungnya.”
“Yang menyangka bahwa hartanya memelihara dia”

Perilaku seperti ini akan terus menerus menguasai seseorang maka ayat lima (5) menyatakan bahwa apa yang dikerjakan adalah perbuatan durhaka.
Pada zaman modern sekarang ini, kondisi yang dimaksud pada surat Al-Humazah ayat 2 dan 3, sudah menjadi pemandangan umum, dimana manusia berlomba-lomba atas kehidupan dunia, cita-citanya terhadap harta begitu besar, penyakit ini menghinggapi hampir seluruh kalangan masyarakat dunia.
Karakteristik unsur angin mengakibatkan atas diri manusia seperti cahaya didalam diri, terkadang hidup namun demikian lemah energinya terkadang mati dalam lubuk hati manusia suatu saat berbuat maksiat (kejelekan) saat-saat tertentu menyadari akan perbuatannya kemudian ia menyesalinya dan saat lain ia mengulanginya terkadang cahaya Ruh Ilahi melalui jiwa kerap kali menegurnya dengan halus akan perbuatan maksiat yang dilakukannya tetapi ia tidak mampu untuk mencegahnya.
Kondisi ini merupakan sumber penyesalan, karakter nafsu lauwamah adalah ia sebagai penggerak atas hawa nafsu-hawa nafsu yang lainnya.
Diantara sifat-sifatnya adalah :
Suka makan enak dan banyak, korup, serakah, rakus, pelit, boros, suka memperkaya diri, bermegah-megahan, segala sesuatu ingin dimiliki dst.
3.NAFSU MULHIMAH
Nafsu mulhimah berasal dari anasir air. Karena berasal dari saripati air maka nafsu ini mewarisi sifat-sifat dari air. 
Sifat-sifat dari air antara lain adalah:
Air selalu mencari posisi tempat yang paling rendah. 
Jika lebih dominant nafsu mulhimah ini maka manusia tsb akan mempunyai sifat rendah hati terhadap sesamanya dan selalu merasa rendah diri dihadapan Tuhannya.
Air selalu mengambil bentuk dari wadah yang ditempatinya.
Artinya manusia tsb pandai menempatkan diri, pandai membawa diri terhadap lingkungan sekitarnya atau bisa menyesuaikan diri kepada siapa yang sedang dihadapinya, dll.

Selain itu nafsu ini juga mempunyai sifat empati, gampang iba dan belas kasihan terhadap sesama, suka menolong, dll.
Nafsu mulhimah secara bawaan lahir menempati lapisan pembungkus ketiga dari luar setelah nafsu lawwamah sebagai pembungkus hati nurani dan cahaya nafsu ini berwarna putih.


4. NAFSU MUTMAINAH

Firman Allah Ta’ala dalam AlQur’an : Surat 89 (Al Fajr) ayat 27
Yg artinya :
Hai jiwa yang tenang

Nafsu mutmainah berasal dari saripati tanah. Karena berasal dari saripati tanah maka nafsu ini mewarisi sifat-sifat dari tanah. Sifat-sifat dari tanah/bumi antara lain adalah:
Tanah/bumi sering disakiti tapi malah selalu memberi manfaat. Lihatlah tanah/bumi, di injak-injak, dicangkuli, diambil isi perutnya (diambil hasil tambangnya), digunduli rambutnya (ditebangi pohon-pohonnya), dirubah bentuknya (diratakan gunung-gunungnya) dan lain sbgnya. Namun tanah tetap sabar. Oleh karena itu orang yg sudah mencapai tingkatan sifat tanah/bumi atau nafsu mutmainah ini biasanya mempunyai sifat yang sabar, rela menanggung beban orang lain dan lain-lain.

Sifat lain dari nafsu ini adalah selalu ingin beribadah terus sehingga terkadang yang lainnya terlupakan.

Nafsu mutmainah secara bawaan lahir menempati lapisan pembungkus keempat dari luar setelah nafsu mulhimah sebagai pembungkus hati nurani dan cahaya nafsu ini berwarna hitam.

SAINS DALAM PERSPEKTIF ALQUR’AN
Oleh: Gus Sholuallaih Dari Ilmu Laduni Dan Di Aplikasikan Pada Ilmu Biologi Fakta Yang Ada

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (QS.Al ‘Alaq: 1-5).
Setiap kita dibebani tanggungjawab untuk menyampaikan kebenaran kepada siapa saja, baik diminta maupun tidak. Kebenaran yang hakiki harus bersumber dari Al-Qur’an. Kebenaran yang kita sampaikan apabila dilandasi dengan fakta-fakta ilmiah (ilmu pengetahuan dan teknologi) maka akan mengantarkan kita dan siapa saja menjadi ahli ibadah, sebagaimana disinyalir dalam

al-Qur’an Surrah Faathir ayat 28:
“Sesungguhnya yang paling takut (ahli ibadah) kepada Allah subhanahu wata’ala di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama (orang-orang yang memiliki pengetahuan akan kebesaran dan kekuasaan Allah subhanahu wata’ala ). Sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” (QS.35: 28).

Begitu banyak fakta-fakta ilmiah yang telah dihasilkan oleh pada ilmuwan, baik yang mudah dipahami, maupun yang sulit dan membutuhkan peralatan yang canggih untuk memahaminya, ternyata semuanya sangat sejalan dengan dalil naqli yang tersurat dalam Al-Qur’an Al-Kariim.
Ilmu pengetahuan dimaksud meliputi berbagai bidang, baik bidang natural (kealaman), maupun bidang sosial, politik, budaya dan ekonomi yang umumnya banyak dipahami oleh para pendidik. Pemberian dan pengemasan materi ajar berbasis dalil naqli yang tersurat dalam Al-Qur’an menjadi penting untuk dilakukan agar anak didik dapat memahami kebesaran dan kekuasaan Allah subhnahuwata’ala dalam kerangka pemantapan aqidah yang pada gilirannya dapat mengantarkan kita dan juga anak didik kepada kepatuhan dan keikhlasan dalam beribadah dan dicerminkan dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk akhlaqul-karimah.

Untuk sekedar membantu menguak keajaiban (mu’jizat) al-Qur’an dalam memberikan landasan perkembangan pengetahuan dan teknologi yang telah diyakini keberadaannya disertai fakta-fakta yang secara langsung dapat dirasakan maupun tidak, maka secuil ulasan tentang hasil kajian (penelitian) ilmu kealaman (sains) dari para ilmuan beserta tafsirannya dalam perspektif Al-Qur’an dikemukakan berikut ini.

A. Pembentukan Alam Semesta

Alam semesta merupakan suatu system ruang yang kompleks dan luas yang batas-batasnya belum dapat diketahui hingga saat ini. Di dalam ruang jagat raya ini tersebar benda-benda langit, baik yang kasat mata maupun yang tidak.
Berbagai teori ilmiah tentang pembentukan jagat raya telah lahir, diantaranya yang paling terkenal dan dibenarkan oleh banyak ahli astronomi hingga abad ini adalah “Teori Big-Bang” (Teori Dentuman Maha Dahsyat). Teori ini dimunculkan pertama kali oleh George Lemaitre, astronom berkebangsaan Belgia pada tahun 1927 yang disempurnakan oleh Edwin Hubble, astronom dari Amerika Serikat pada tahun 1929.

Teori Big-Bang menyatakan bahwa alam semesta ini bermula dari ledakan maha dahsyat (big-bang) pada sekitar 13,7 milyard tahun yang lalu. Semua materi dan energy yang saat ini ada di alam pada awalnya terkumpul dalam satu titik yang tidak berdimensi dan memiliki kerapatan yang tak terhingga. Sejalan dengan waktu, setelah terjadinya ledakan yang maha dahsyat tersebut ruang angkasa mengembang dan ruang-ruang yang memisahkan benda-benda langit juga mengembang. Edwin Hubble (1929) menganalogikan pengembangan alam semesta ini seperti balon yang ditiup. Semula materi dan energy yang ada dalam balon saling berdekatan satu sama lain, namun dengan mengembangnya balon setelah ditiup maka materi dan energy tersebut juga akan saling berjauhan.
Beberapa ahli astronomi yang mendukung Teori Big-Bang ini antara lain:

(1) Vesto Sliper (1932) yang meneliti bahwa garis-garis spectrum galaksi-galaksi semakin menjauh dan bergeser (galaksi-galaksi itu semua bergerak saling menjauhi);

(2) Arno Penzias dan Robert Wilson (1965) sang pemenang hadiah Nobel ilmu pengetahuan melalui penelitiannya tentang adanya radiasi yang tidak terbatas terjadi di alam semesta yang disebut sebagai radiasi latar belakang kosmik. Radiasi yang seragam dan tidak diketahui sumbernya ini diyakini sebagai gema dari dentuman maha dahsyat yang masih memberikan efek rasiasi (menggema) sejak momen pertama dentuman tersebut terjadi;

(3) Alan Guth (1980) yang melakukan penghitungan matematis tentang gerak menjauhnya galaksi-galaksi menggunakan teleskop Hubble di Observatorium Palomar Mounth. Dia berhasil menghitung kecepatan bergeser (saling menjauhi) diantara galaksi-galaksi;

(4) George Smoot (1989) yang dalam penelitiannya meluncurkan satelit astronomi ke ruang angkasa dengan dibekali alat COBE (Cosmic Background Emission Explorer). Peralatan ini membenarkan penelitian Arno Penzias dan Robert Wilson (1965) dengan hasil yang secara pasti menunjukkan keberadaan bentuk kerapatan dan panas sisa ledakan yang menghasilkan alam semesta;

(5) Paul Davies (2005) mengemukakan teori bahwa energy ledakan alam semesta yang ada akan mengimbangi gaya gravitasinya dengan perbandingan yang hampir sama. Big-Bang merupakan suatu ledakan yang dirancang begitu indah tertanda dimulainya suatu penciptaan alam semesta dari suatu ketidakadaan. Davies memprediksikan bahwa kelak musnahnya alam semesta dapat sedahsyat dan sedramatis pada saat kemunculannya jika energi misterius tersebut terus menerus mengembangkan ruang sejalan dengan waktu.

Teori dan pembuktian ilmiah tentang proses pembentukan alam semesta yang bekembang pada awal abad 20 hingga awal abad 21 tersebut, ternyata telah dilukiskan dalam al-Qur’an yang diturunkan Allah subhanahu wata’ala kepada Muhammad shallalllahualaihi wassalam pada abad ke 7, sebagaimana ditemui pada Surrah Al-Anbiyaa’ ayat 30:

“Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya; dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?” (QS.21: 30).

B. Perkembangan Alam Semesta

Terjadinya pengembangan ruang alam jagat raya (alam semesta) sebagaimana disebutkan di atas (sebagai bagian dari Teori Big-Bag dan teori-teori yang mendukungnya), al-Qur’an juga telah menyebutkan dengan tegas di dalam Surrah Adz-Dzaariyaat ayat 47:
“Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa meluaskannya” (QS.51: 47)
Selanjutnya, saling berjauhannya benda-benda angkasa (galaksi-galaksi) sebagaimana diuraikan dalam Teori Big-Bang dan hasil penelitian astronom pendukungnya, juga tersirat dalam al-Qur’an dengan bahasa meninggikan (“semakin tinggi” menurut pengamatan dari bumi untuk galaksi-galaksi yang saling menjauhi), sebagaimana tertera dalam Surrah An-Nazi’at ayat 28:
“Dia meninggikan bangunannya (langit) lalu menyempurnakannya”(QS.79: 28).
Masa ini dianggap sebagai masa kedua dalam proses pembentukan jagat raya yaitu proses penyempurnaan setelah sebelumnya terjadi masa awal penciptaan alam semesta yaitu ledakan yang maha dahsyat. Masa kedua ini ditandai dengan pembentukan bintang-bintang di dalam galaksi-galaksi yang berlangsung secara terus menerus.

C. Rotasi dan Revolusi

Sejalan dengan proses pembentukan dan perkembangannya dan berdasarkan fakta yang kita rasakan bahwa seluruh benda-benda alam (bintang, planet, dan satelit) bergerak pada poros dan orbitnya. Periode rotasi planet adalah waktu yang diperlukan planet untuk berputar pada poros (sumbunya) sebanyak satu kali, sedangkan periode revolusi planet adalah waktu yang diperlukan planet untuk berputar pada orbit (garis edarnya) mengelilingi matahari dalam satu kali putaran.
Bumi kita berotasi (berputar pada sumbunya) selama 23,9 jam untuk satu kali putaran yang kemudian kita kenal dengan waktu selama satu hari satu malam (24 jam), sembari berrotasi bumi kita melakukan perputaran mengelilingi matahari pada orbitnya (berre(berrevolusi) selama 365,25 hari, yang kemudian kita kenal sebagai satu tahun. Bulan yang diketahui sebagai satu-satunya satelit alam dari planet bumi juga melakukan rotasi dan berputar mengelilingi bumi pada garis edarnya selama 28 hari untuk satu kali putaran. Satu kali perputaran bulan mengeliling planet bumi ini yang kemudian dikenal sebagai masa satu bulan dalam kalender Hijriah.
Pada setiap saat sekitar separuh wajah bumi kita menghadap ke matahari (menjadi terang atau siang hari) dan sebagian lagi yang berada di sebaliknya menjadi gelap (malam hari). Wajah bumi tersebut secara berangsur-angsur menjadi terang (subuh) yaitu di bagian yang menuju arah matahari dan di bagian lainnya menjadi gelap (magrib) pada bagian yang meninggalkan cahaya matahari. Hal ini terjadi sebagai bukti bahwa bumi melakukan rotasi pada poros (sumbunya).
Peristiwa rotasi dan revolusi planet bumi serta adanya garis edar (orbit) benda-benda angkasa ini termaktub dalam al-Qur’an diantaranya pada Surrah Yaasin ayat 38-40.
“Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui. Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah Dia sampai ke manzilah yang terakhir) Kembalilah Dia sebagai bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang, dan masing-masing beredar pada garis edarnya” (QS.36: 38-40).

D. Air Sebagai Sumber Kehidupan
Lanjutan ayat al-Qur’an Surrah Al-Anbiyaa’ ayat 30 yang melukiskan tentang asal mula penciptaan alam semesta (“langit dan bumi”) adalah:
“…dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup…” (QS.21: 30).
Penggalan ayat al-Qur’an ini merupakan bukti kebenaran al-Qur’an sebagai wahyu Illahi. Fakta ini tak terbantahkan meskipun dengan berkembangnya ilmu pengetahuan di abad modern ini.
Dari sudut pandang biologi, air memiliki sifat-sifat yang penting untuk adanya kehidupan. Air dapat memunculkan reaksi yang dapat membuat senyawa organik melakukan replikasi. Biji atau benih, juga spora akan mulai bekecambah bila didahului oleh adanya sentuhan air dalam proses perkecambahannya. Tanpa air, biji, benih, dan spora akan dorman, tidak akan tumbuh, bahkan bila masa dorman terlampaui tetap tidak diberi (mendapatkan) air, biji, benih dan spora tersebut tidak dapat melangsungkan kehidupan (mati).
Semua makhluk hidup memiliki ketergantungan terhadap air. Air merupakan zat pelarut yang penting untuk makhluk hidup yang merupakan bagian penting dalam proses metabolisme. Air dibutuhkan dalam proses fotosintesis dan respirasi. Fotosintesis menggunakan cahaya matahari untuk memisahkan atom hidroden dengan oksigen. Hidrogen akan digunakan untuk membentuk glukosa sebagai sumber energy skunder dan oksigen akan dilepas ke udara sebagai sumber respirasi (bernapas). 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar